Menggunakan
"Hak", tidaklah dilarang, tetapi bijak sikap dalam menggunakan Hak
tidak "menginjak injak" hak orang lain, sekalipun dalam koridor
"beda pendapat". Bukankah "keberagaman" merupakan
"keniscayaan" yang tak dapat dielakkan dalam kehidupan kita. Bagi
yang bermaksud #2019 Ganti Presiden , silahkan saja dengan sejuta
Argumentasinya namun bagi yang bersikap #2019 JOKOWI PRESIDEN LAGI juga
memiliki beragam Argumentasi , siapa yang nantinya dari masing masing pilihannya
akan diuji secara Konstitusional terpilih menjadi Presiden , maka yang tidak
terpilih sepatutnya juga menerimanya dengan profesional dan tidak emosional
apalagi mengganggu jalannya Pemerintahan , demikian juga antara Kofifah Emil
Dardak dan Gus Ipul Puti serta Adjib dan Bumbung Kosong.
Kedewasaan
Pola Leadhersip dan Sikap Bijak , Ambisius atau Profesional yang beradap , bagi
seorang Pemimpin akan tercermin pada Pola Prilaku Komunitas Kader Kadernya.
Indonesia bukanlah milik segelintir orang dan sekoloni golongan yang bisa semau
gue , berbuat di Negri yang ber Bineka Tunggal Ika ini , demikian juga dalam
menjalankam keyakinan dan Agama masing masing , esensinya
"keseimbangan" adalah bagian dari pokok prilaku yang sudah saatnya di
Jaman Now ini di kedepankan...! Bukan Siapa “Lu” Siapa “Gue”.
Semoga
kita semua di jauhkan dari golongan orang orang yang dibutakan mata hati kita
oleh Allah , hanya karena telah menuhankan Pemimpin Tertinggi di Partai kita ,
dan “mengagamakan” Kelompok , Golongan atau Partai kita , yang tanpa kita
sadari sesungguhnya kita tidak memahami apa dibalik 'target target pribadi
pucuk pimpinanya", kecuali bagi mereka yang nyata nyata Pemimpinnya tidak
sedang berlomba mengedepankan syahwat dan ambisi pribadinya dengan dalih
mengatas namakan demi kepentingam bangsa dan Negara dalam laga yang digelar.
Semoga
semua berjalan dengan baik dan benar..... !!! Dan kita semua dijauhkan dari
pola pandang dan kebiasaan sikap dan sifat "Lalat" yang senantiasa
terbang kesana kemari mencari "Aroma Busuk" , yang untuk selanjutnya
beramai ramai mengulak ulik "busuknya bangkai tersebut" dan
"Menebarkan" Kebusukan dan Keburukan Orang Lain dengan penuh Semangat
dan Suka Cita tak terkecuali penyakitnya , tetapi kita lebih terinspirasi sifat
"Lebah" yang terbang kesana kemari mencari harumnya bunga , di hisap
sari madunya , dan akhirnya menjadi madu yang bermanfaat bagi komunitasnya dan
makhluk lainnya tak terkecuali juga bagi kita manusia.
Jika
memilih #2019 Ganti Presiden , haruskah “membongkar habis kebusukan dan
keburukan “Joko Wi” , sedang nyata nyata hari ini Joko Wi adalah Presiden kita
, yang seyogyanya harkat martabat sebagai bagian dari warga negara yang ada
dalam wilayah Indonesia , yang memiliki adab budaya dan kehormatan sebagai
bangsa yang beradap , turut serta menjunjung tinggi Pemimpinnya. Suka atau
tidak suka Joko Wi Presiden kita.
Demikian
juga jika #2019 JOKOWI PRESIDEN LAGI, bukan berarti membuka aib siapapun
rivalnya , tapi lebih bijak jika mengedepankan capaian prestasi dari apa yang
telah sedang dilakukannya.
Silang
saling sengkarut Opini tak lepas dari lepas kontrolnya pengendalian diri
terhadap diri sendiri maupun kader, simpatisan dan loyalis. Kondisi ini dapat
dipastikan akan senantiasa menjadi internal problem pola komunikasi dan
interaksi keseharian dalam tatanan kehidupan dimasyarakat. Bertubi tubinya
phyciologis publik dibentur benturkan dan dipaksa berbeda pendapat dengan
“tajam” pastilah akan menabung amuk kecamuk dalam setiap personal yang
“terindoktrinisasi” baik langsung maupun tak langsung.
Disintegrasi
Bangsa akan menjadi kekawatiran berikutnya, karena jiwa jiwa yang telah
terbelah pada dogma , penabian pemimpinnya, mengagamakan kelompoknya dimana
benar atau salah jika bukan dari kelompoknya maka tidak akan pernah mau
menerima kebenarannya, dan sebaliknya sekalipun salah jika pendapat itu dari
kelompok dan komunitasnya maka dibela mati matian dalihnya.
Akankah
Indonesia kehilangan marwahnya sebagai bangsa yang berbudaya, beradab, sopan
dan sangat toleransi dalam kehidupan keseharian ditengah kebhineka tunggal
ikaan. Sementara Budaya Gotong Royong kini sudah hampir punah , sebab luka jiwa
jiwa yang terbelah karena seringnya diadu antar mereka dalam rangka pencapaian
tujuan segelintir orang , yakni mereka yang mengibarkan bendera sebagai
Pemimpin, tapi tidak menyadari esensinya jika dia memimpin diri sendiri dan
keluarganya saja masih belum mampu.
Indikator
itu semakin nampak , adalah dengan senantiasa lebih mengemukanya “Kampanye
Hitam” bagi lawan. Bukan Kampanye yang saling menunjukkan Prestasi ,
Eksistensi dan Kemampuannya.
#2109
INI KARYAKU MANA KARYAMU atau #2019 INI PRESTASIKU MANA PRESTASIMU , semoga
menjadi bagian dari contoh contoh Inspirasi “Slogan” Adu Jago dalam
berdemokrasi.
Sesungguhnya
“Kita Petarung atau Pecundang akan nampak dalam perhelatan pertarungan dan
sesudah menerima hasilnya”.
Karena
kita Indonesia , laksana Satu Penumpang Kapal Besar , maka Siapapun Nahkodanya
, jika hanya karena ambisi yang tidak kesampaian , lantas kita diam diam
melubangi lambung kapalnya , maka kita akan tenggelam bersama sama juga.
Kaji
Joko (H. Joko Cahyono)
0 komentar:
Posting Komentar